Tak Kuat dengan Bau Menyengat Tumpukan Sampah, Warga Gelar Aksi Demo

Pekanbaru - Warga RT 1/RW 7 Kelurahan Rumbai Bukit, Kecamatan Rumbai Barat menggelar aksi demo tolak keberadaan Transdepo atau tempat transit sementara sampah ilegal di Jalan Siak 2, Rabu (22/1/2025) pagi.
Warga protes lantaran keberadaan Transdepo tak berizin tersebut berdampak terhadap pencemaran lingkungan sekitar.
Puluhan warga membawa sejumlah spanduk dan poster bertuliskan penolakan keberadaan transdepo. Mereka berteriak kepada pemilik lahan untuk segera menutup tempat pembuangan sementara ilegal tersebut.
"Tutup! Kami tolak pembuangan sampah disini!" sorak warga.
"Kami sudah lelah menghirup debu, jangan ditambah dengan aroma sampah!," teriak warga.
"Kami sebagai warga menolak pembuangan sampah disini, jangan cemari lingkungan!" seru warga.
Aksi demo tersebut sempat diwarnai ketegangan antara warga dan sang pemilik lahan. Namun, ketegangan dapat diredam oleh petugas kepolisian.
Masdi selaku pemuka masyarakat mengatakan aksi demo ini dilakukan karena warga merasa terganggu akibat sampah-sampah yang berada di Transdepo ilegal.
Bau busuk yang menyengat dari tumpukan sampah dan banyaknya lalat juga menjadi keresahan warga sekitar.
"Yang kami pertama rasakan itu jelas bau busuk (polusi). Kedua, lalat dan itu menimbulkan penyakit bisa diare dibuat. Kami mau makan nasi di piring kita itu sekarang sudah dihinggapi dengan lalat, jadi kami sering kipasin dulu kalau mau makan. Bahkan, lalat itu sampai masuk ke tempat ibadah," ujarnya.
Masdi selaku pemuka masyarakat menyampaikan tiga poin tuntutan penolakan keberadaan Transdepo dihadapan sang pemilik lahan, diantaranya:
Pertama, memberhentikan aktivitas pembuangan sampah di lokasi Transdepo. Kedua, tumpukan sampah yang menggunung di dalam Transdepo harus dibersihkan, dikosongkan dan segera dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ketiga, menuntut Transdepo ditutup alias tidak boleh dijadikan tempat untuk menampung sampah lagi.
Warga sepakat memberi tenggat waktu selama satu minggu untuk mengosongkan aktivitas mobil-mobil pengangkut sampah.
"Mulai hari ini tidak boleh ada aktivitas lagi. Kalau tidak, kami akan datang lebih banyak lagi," tegas Masdi.
Warga juga menyegel dengan cara memportal akses masuk Transdepo Jalan Siak 2 tersebut agar tak ada lagi aktivitas pengantaran sampah oleh mobil-mobil pengangkut sampah.
Gunungan sampah yang berada di Transdepo Jalan Siak 2 ini sudah hampir selama tiga pekan.
"Lebih kurang tiga minggu. Terus terang, sudah 5 hari operasional pemilik tanahnya baru melapor dan itu saya tolak. Alangkah lebihnya dilaporkan awal, nah ini tidak setelah 5 hari jalan baru dia melapor," ungkap Masdi.
Sementara itu, Napitupulu sang pemilik lahan membela dirinya soal tuntutan penolakan Transdepo. Dirinya hanya mencari keuntungan pribadi di atas tanah miliknya sendiri.
"Pekanbaru ini penuh dengan sampah, jadi ini tempat sementara, tiga bulan sementara untuk menanggulangi sampah di kota," cetus Napitupulu.
Napitupulu juga enggan berkomentar terkait penolakan keberadaan trandepo di atas tanahnya yang disampaikan warga setempat.
'"Itu urusan warga. Saya yang punya lahan, saya mau dapat duit loh. Izin warga? Ini tanah saya," ucapnya. (datariau)