Gagal Mediasi, Kasus Penganiayaan Wartawan di Pidie Jaya Berlanjut ke Pengadilan
Rizki Rivaldi - Selasa, 11 Maret 2025 20:06 WIB

Meureudu - Upaya mediasi dalam kasus penganiayaan terhadap jurnalis Transmedia (CNN Indonesia TV) di Pidie Jaya berakhir tanpa kesepakatan. Proses Restorative Justice (RJ) yang digelar di Kantor Kejari Pidie Jaya, pada Senin, 10/03/2025, gagal, sehingga kasus ini akan dilanjutkan ke persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Meureudu.
Mediasi yang di mediator oleh JPU Kejari M. Faza Adhyaksa SH, MH dan Ashri Azhari Baraha, SH, MH, disaksikan oleh tipidum Polres Pidie Jaya, berlangsung santai dan khidmat.
Mediasi antara keluarga tersangka (tsk) Iskandar dan korban Ismail M Adam atau Ismed, tidak mencapai titik temu.
Korban Ismed, didampingi oleh sejumlah organisasi pers dan advokat, menegaskan bahwa penolakan terhadap RJ bertujuan untuk melindungi kemerdekaan pers dari ancaman dan intimidasi.
"Penolakan RJ bukan berarti saya tidak menginginkan upaya damai, tetapi perbuatan penganiayaan terhadap saya dalam mempublikasikan informasi menjadi konsumsi publik, sagat sadis. Padahal tugas dan kewajiban saya sebagai jurnalis, dengan mengutamakan kode etik jurnalistik. Tujuan untuk kemajuan daerah," ucap Ismed.
Selain itu, dikatakan Ismed, sebagai jurnalis dalam meliput tidak perlu minta izin Keuchik. Apalagi yang diliput adalah aktivitas dan bangunan negara dibuat dengan anggaran negara.
Perbuatan penganiayaan oleh aparat pemerintah (Keuchik) terhadap wartawan perlu jadi contoh kepada Keuchik lain, agar tidak arogan terhadap jurnalis. Selama jurnalis melakukan tugasnya sesuai kode etik jurnalistik. Keuchik harus belajar UU Pers dan paham tentang peran media, dalam sebuah daerah.
"Mirisnya, pemerintah desa yang seyogyanya melerai serta mencegah warganya agar tidak menganiaya, berkelahi dan saling memukul, eh malah Keuchik yang melakukan penganiayaan," ketus Ismed heran.
"Penganiayaan kepada saya oleh kepala desa (Keuchik) adalah bukti pembungkaman informasi publik dan penekanan tentang kemerdekaan pers. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Penyelesaiannya juga tidak cuma dengan RJ," ujar Ismed.
"Hari ini menimpa saya, mungkin esok lusa akan dialami jurnalis lain. Karena begitu mudah dan ringannya hukuman bagi pelaku," sambung Ismed.
"Kemerdekaan pers tidak boleh diobok-obok oleh siapa pun. Tidak ada yang boleh membungkam informasi publik, apalagi sampai menganiaya wartawan," tegas Ismed dalam mediasi yang turut dihadiri Ketua IJTI Aceh, Ketua dan Sekjen AJI Banda Aceh, Ketua dan Sekjen AJI Bireuen, tim advokasi AJI Bireuen, Ketua PWI Pidie Jaya, serta jurnalis CNN Banda Aceh.
Dari pihak terduga pelaku, hadir keluarga pelaku, Imam Masjid Blang Rheu, serta kuasa hukum mereka. Sementara itu, korban juga didampingi Imam Masjid Sarah Mane, tim pendampingan hukum, serta Komisi Kekerasan Jurnalis (KKJ) Aceh.
Karena tidak ada kesepakatan dalam mediasi, kasus ini dipastikan akan berlanjut ke meja hijau. Langkah ini dinilai penting untuk memberikan efek jera dan memastikan bahwa kekerasan terhadap jurnalis tidak berulang di masa mendatang.
Dengan perkembangan ini, masyarakat dan komunitas pers akan terus mengawal proses hukum agar keadilan benar-benar ditegakkan. (*)
SHARE:
Tags
Berita Terkait

Kadis DSI Tgk H Fazli Isi Tausiah Ramadhan di Masjid Agung Sigli

Pemkab Pidie Jaya Santuni Ribuan Yatim Piatu

Peringatan Nuzulul Quran di Pidie, Ustad Hajarul Akbar Isi Tausiah

Kadis DSI Pidie Khatib Jumat di Mesjid Agung Al Falah

Bea Cukai Aceh Musnahkan Bawang Merah Ilegal dan Pakaian Bekas

Dosen UIN Ar Raniry Isi Tausiah Ramadhan Di Masjid Agung Sigli
Komentar